Jangan terlalu bergantung dengan airbag. Karena benda itu tak akan banyak membantu. Jika terjadi kecelakaan fatal, apa yang lebih menyelamatkan kita? Jawabannya adalah sabuk pengaman (safety belt), karena peranti itu lebih bisa mengurangi resiko cedera ketika terjadi kecelakaan secara frontal, dari samping atau bahkan terbalik.
Menurut survey yang dilakukan Motor Vehicle Occupant Safety Survey (MVOSS) ditemukan alasan beberapa orang yang melupakan pemakaian safety belt, diantaranya adalah:- Berpikir potensi kecelakaan rendah karena hanya berkendara dalam jarak dekat atau lalu lintas sepi. Padahal sebenarnya, kecelakaan tidak pernah pilah pilih. Seringkali terjadi kecelakaan fatal justru di tengah malam yang sepi. Bahkan tak jauh dari lokasi tempat tinggal.
- Sabuk pengaman belum menjadi kebiasaan atau dalam kondisi terburu-buru sehingga lupa mengenakan safety belt. Ini cuma masalah kebiasaan. Memasang safety belt memerlukan waktu tak sampai 10 detik. Menunggu giliran lampu hijau saja seringkali lebih lama dari 60 detik.
- Tidak nyaman. Merasa terikat dan takut mencekik leher mereka. Dengan kesadaran yang penuh, seharusnya keselamatan lebih diprioritaskan daripada kenyamanan.
- Merusak penampilan. Yang terbiasa tampil dengan baju atau gaun rapi, kemudian terjepit safety belt akan menyebabkan pakaian menjadi tidak halus atau tidak rapi lagi. Padahal apabila sampai cedera saat kecelakaan, tidak hanya penampilan yang akan rusak.
- Situasi di dalam mobil. Terkadang bila teman-teman di dalam mobil tidak menggunakan safety belt, membuat ikut-ikutan enggan untuk memakainya. Contoh yang salah tak patut ditiru. Justru jika memakai safety belt, bisa jadi Anda lah yang bisa menolong teman-teman jika terjadi kecelakaan.
Baca juga:
Mungkin lebih baik bila pabrikan membuat seatbelt warning dengan suara “Forget Me Not”, jangan lupakan aku. |
Penggunaan safety belt sangat penting. Apabila terjadi kecelakaan, badan penumpang akan tertahan dan mencegah kepala tidak terbentur setir, dashboard, terlontar keluar melalui kaca depan, atau terlempar keluar dari pintu atau kaca samping saat kecelakaan. Kita tidak dapat bergantung banyak pada Airbag yang keselamatannya di bawah safety belt.
"Jadi gunakanlah sabuk keselamatan karena kita tahu manfaatnya, bukan karena peraturan," tambahnya.
Tahukah Anda?
- Pada 1958 safety belt tiga titik dipatenkan oleh Nils Bohlin, insinyur Volvo. Pada 1959, Volvo mulai memikirkan sabuk keselamatan otomatis.
- Airbag digolongkan sebagai secondary atau supplementary restrain system (SRS) yang berarti alat keselamatan tingkat dua. Hal ini dikarenakan saat mengembang airbag bisa langsung menghantam muka dan dada sehingga mengakibatkan luka dalam.