Ilustrasi mobil masa depan tanpa pelumas. Sumber Foto: Frankfurt Motor Show
Otojatim.com – Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan bagaimana industri otomotif di masa depan. Orang boleh bicara tentang mobil listrik. Tapi itu hanyalah salah satu ejawantah dari tren yang sesungguhnya. Yaitu menghilangkan ketergantungan dari sumber daya yang terbatas.
Pabrikan mobil ramai-ramai melakukan riset dan membuat prototipe untuk menciptakan kendaraan yang lebih irit atau low cost. Pada prakteknya, rendah biaya dimulai pada saat membeli, kemudian saat operasional harian dan perawatannya. Bahkan untuk konsumen Indonesia, harga jual kembali termasuk pertimbangan utama.Dari bermacam teknologi yang dikembangkan, mulai dari deretan mobil listrik, hidrogen dan mesin internal combustion, hingga kini masing-masing masih berlomba untuk bisa menjadi yang paling low cost. Artinya teknologi otomotif di masa depan tidak akan terpaku pada satu jenis saja.
Pada akhirnya teknologi mana yang menjadi konsumsi utama masyarakat akan tergantung pada sumber daya (infrastruktur) dan regulasi dari pemerintah.
Baca: Perlukah Bayar Bensin Lebih Mahal untuk Oktan Lebih Tinggi
Bagaimana dengan mobil listrik yang dioperasikan tanpa pelumas? Apakah bisa memenuhi ekspektasi pengguna mayoritas kendaraan di Indonesia atau masih sekadar menjadi harapan?
Mananggapi hal tersebut, Ageng Giriyono Dirut PT. Pertamina Lubricants mengaku optimis bahwa di masa depan pelumas akan masih dicari dan digunakan pengguna kendaraan.
Ageng Giriyono Dirut PT. Pertamina Lubricants, wawancara doorstop dengan awak media seusai acara Ngobras di Rolag Cafe, Surabaya (01/03). |
Tanggapan tersebut cukup beralasan. Masih banyak hambatan yang mengadang elektrifikasi kendaraan di masa ini.
Sebut saja, harga listrik per kwh yang masih mahal dikarenakan infrastruktur dan sumber daya arus utama penyedia listrik yang masih sangat terbatas. Harus diingat bahwa pembangkit listrik untuk elektrifikasi ini harus dari sumber yang bersih dan bukan malah menghasilkan polutan seperti PLTU yang membakar solar atau batu bara. Lucu kan?
Salah satu alternatif pembangkit yang bersih adalah PLTN. Tapi Indonesia punya berapa? Bisa menyuplai juta kwh?
Dan yang masih perlu dipikirkan adalah bagaimana pengaruh operasional mobil listrik bila berdekatan dengan SUTET dan kereta listrik, apakah bermasalah? Karena dikuatirkan menimbulkan lompatan arus listrik bertegangan tinggi yang membahayakan konsumen. Anda bisa googling mengenai hal ini.
Belum lagi daur ulang baterai mobil yang masuk dalam kategori B3. Tanpa penanganan, Indonesia bisa punya gunung limbah baterai. Sekadar informasi, untuk saat ini, hak paten pengolahan limbah baterai hanya bisa dilakukan di Belgia.
Kebutuhan Pelumas pada Era Mobil Rendah Biaya
Mobil konvensional dengan biaya rendah sepertinya masih menjadi satu-satunya pilihan realistis di masa kini hingga masa depan. Konstruksi bodi dan mesin yang ringan tapi kuat bisa menjadi alasan utama para konsumen memilih mobil yang irit bahan bakar ini.
Ciri-ciri mobil rendah biaya; ringan dan lincah. Foto:Dok. Komunitas LCGC |
Hidetoshi Kudo, bos RnD Mazda mengatakan mesin pembakaran internal berbahan bakar bensin merupakan masa depan yang menjanjikan (Mazda Asian Tech Forum 2018).
Rata-rata mobil yang irit, mesinnya menggunakan material aluminium yang mempunyai dimensi kompak dan celah antar komponen yang lebih sempit. Di samping itu juga mempunyai kompresi tinggi. Oleh karena itu membutuhkan oli yang encer sehingga bisa melumasi seluruh area dengan lebih baik. Dengan pelumas yang encer, beban pada mesin pun lebih ringan sehingga konsumsi bahan bakar jadi lebih efisien.
Baca: Ngobras, Ajang Komunikasi Intim PT. Pertamina Lubricants dengan Komunitas
Saat ini viskositas oli paling encer umumnya ada pada angka 0W-20. Sudah banyak produsen oli yang memproduksi jenis ini termasuk Pertamina Lubricants dengan produknya Fastron.
Hanya pabrikan tertentu yang memproduksi viskositas lebih encer daripada 0W-20, biasanya dikhususkan untuk mobil dengan teknologi idling stop (mesin mati saat putaran mesin idle dengan tujuan hemat BBM).
Lalu bagaimana oli bisa membantu membuat mesin mobil menjadi lebih irit? Dengan pelumas yang tepat, bisa membuat kerja mesin menjadi lebih enteng, dengan menghasilkan gesekan yang rendah. Ini dianggap bisa menghasilkan efisiensi bahan bakar yang baik, dan tidak boros.
Fastron sendiri mempunyai spesifikasi yang disesuaikan mesin modern dengan teknologi yang lebih presisi.
Fastron Eco Green 0W-20 dan 5W-30, Oli Mesin Pertamina Khusus LCGC #FastronEcoGreen #OliMesinPertamina #LCGC— Otojatim (@Otojatimcom) March 12, 2020
https://t.co/LRsyl30Igk
Dengan standar mutu API SN/ILSAC GF5, setidaknya ada beberapa alasan bahwa lini produk Fastron kompatibel dengan teknologi mendatang. Antara lain kemampuannya dalam mencegah pembentukan deposit, penggunaan aditif untuk mencegah keausan dan penguapan yang rendah meskipun encer.
Baca: Raih Indonesia Original Brands, Pertamina Fastron Kembali Membuktikan Keandalannya
“Formulasinya mampu mencegah terjadinya residu pembakaran yang menumpuk dalam mesin. Ini berkat teknologi Nano Guard, sebuah teknologi pelumas sintetis terbaru yang dirancang secara cermat untuk memenuhi persyaratan performa teratas sehingga terbukti efektif dalam melindungi mesin dan membersihkannya secara menyeluruh hingga celah tersempit sekalipun,” pungkas Ageng Giriyono (Oil Center, Jakarta 29 September 2019).
Pelumas, selain untuk melindungi mesin, saat ini trennya juga harus bisa mendukung keiritan bahan bakar. Ini sejalan dengan pergerakan industri otomotif ke arah fuel efficient vehicle, dan mengikis ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Dengan formulasi yang tepat oli Pertamina Fastron adalah jawaban kebutuhan mesin Anda dan gaya hidup masa kini dan di masa depan.
Sub Tema: Fastron sebagai oli masa depan