Otojatim.com - Sempat dijadwalkan tahun ini, pemerintah akan segera menerapkan peraturan emisi gas buang kendaraan bermesin diesel dengan standar Euro-4 pada April 2022 nanti. Terkait hal tersebut, PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) selaku produsen truk dan bus merek Hino menyatakan kesiapannya jauh-jauh hari.
#euro4 #hino #commonrail #strainer #hinoindonesia #hmsi
"Untuk bisa memenuhi persyaratan emisi gas buang standar Euro-4, salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi mesin dengan sistem common-rail. Hino sendiri sudah memproduksi engine jenis ini untuk hampir semua line-up Hino sejak 2012," kata Irwan Supriyono, After Sales Director HMSI pada acara media gathering secara virtual (28/4).
Prinsip kerja common-rail adalah penyemprotan solar bertekanan tinggi ke dalam engine, maka kualitas bahan bakar menjadi mutlak demi keawetan mesin.
"Saya kira hampir semua pabrikan truck dan bus akan melakukan strategi yang sama dalam menyediakan varian mesin common-rail untuk kebutuhan implementasi Euro-4. Dengan teknologi common-rail, power dan torsi kendaraan jadi meningkat dan gas buangnya lebih bersih. Common-rail ini bukan hal yang baru, bagi Hino," lanjutnya.
Pada acara tersebut, Irwan mempresentasikan keunggulan teknologi common-rail Hino dibandingkan merek kompetitor.
Untuk itu, Hino menggunakan injector DLC (Diamond Like Carbon) yang mempunyai durability yang baik karena terbuat dari material tahan gesekan (anti-gores). Selain itu aliran bahan bakar yang disuplai oleh Feed Pump Pressure akan disaring terlebih dahulu dengan Double Filter (ganda). Sehingga kualitas solar yang masuk ke chamber benar-benar dalam kondisi terbaik.
Filter ganda Hino. Inset: Irwan Supriyono
Bicara soal pemilihan bahan bakar, pabrikan kendaraan hanya bisa mengimbau dan memberikan edukasi kepada driver agar solar yang digunakan harus sesuai spesifikasi euro-4 juga.
Namun kenyataan di lapangan, terkadang ketersediaan solar yang dibutuhkan tidak ada di SPBU, terutama di daerah pelosok. Adanya solar dengan angka c-tan rendah, mempunyai kandungan sulfur dan campuran endapan kotoran yang tinggi. Meski harganya murah.
Menjawab tantangan ini, Irwan mengatakan bahwa Hino memberikan opsi suku cadang tambahan berupa strainer. Alat ini dipasang di antara tangki BBM dan filter solar. Fungsinya adalah memecah endapan solar yang kurang baik, sehingga kinerja filter lebih ringan dan usia pakainya lebih panjang. Hasilnya, kualitas solar yang masuk ke ruang bakar tetap bersih dan sesuai dengan yang diharapkan.
Termasuk suku cadang lain seperti injector dipastikan tidak akan mampet dan tetap awet. Emisi gas buangnya pun tetap bersih.
Peranti ini berbentuk botol terbuat dari bahan plastik tembus pandang. “Strainer berfungsi untuk mencegah lumpur untuk sampai ke filter solar atau ke pompa bahan bakar,” terang Irwan Supriyono.
“Cara kerjanya menyedot solar ‘kotor’ dan memecah gumpalan lumpurnya dengan metode cyclone pada suatu bagian alat ini yang berbentuk seperti kincir yang berputar karena adanya aliran solar dari tangki menuju mesin,” jelasnya.
“Solar dengan lumpur yang sudah terurai tadi kemudian disaring dengan filter stainless steel, sebelum kemudian dialirkan ke mesin,” imbuhnya.
Gambaran mengenai strainer akan dijelaskan lebih dalam pada video berikut:
Berita terkait #euro4: