Nissan Kicks e-Power. Foto:@satriakatana
Otojatim.com – Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon hingga 29% pada 2030. Salah satu upaya pemerintah adalah mendorong bisnis otomotif yang lebih ramah lingkungan. Di antaranya dengan mempersiapkan era elektrifikasi untuk membangun lingkungan yang bersih dengan kendaraan yang aman (zero emission zero fatality).
Tan Kim Piauw selaku Sales and Marketing Director PT Nissan Motor Distributor Indonesia (NMDI) mengatakan bahwa Nissan menyambut baik visi pemerintah Indonesia.
Namun menurutnya, bukan berarti visi pemerintah akan berjalan tanpa kendala. Ada beberapa masalah yang masih menghantui benak konsumen terhadap teknologi elektrifikasi di Tanah Air, di antaranya kesiapan infrastruktur.
“SPKLU (charging station) belum banyak. Ada konsumen yang masih khawatir bagaimana dengan pengisian baterai mobil listrik. Apalagi ini Indonesia adalah negara kepulauan. Di mana mencari charging station di daerah pelosok?” ungkap Tan saat Ngobrol Virtual Santai bersama Forwot (6/9/2021).
Di sinilah Nissan Indonesia melihatnya sebagai peluang. Menjawab kekhawatiran stakeholder dengan mengenalkan Nissan Kicks e-Power.
Pada sistem e-POWER, roda-roda sepenuhnya digerakkan oleh motor listrik, sementara mesin bensinnya hanya digunakan untuk men-charge baterai dan mengalirkan listrik untuk motor. Pengaturan waktu yang optimal memastikan mesin bensin hanya bekerja saat diperlukan, sehingga meningkatkan kesenyapan dan bahan bakar yang efisien.
“Jadi mau berkeliling Indonesia tidak ada masalah. Teknologi e-Power membuat pengisian dilakukan otomatis tanpa charger. Inilah salah satu pengembangan produk yang dilakukan Nissan Global yang dibawa ke Indonesia,” lanjut Tan.
Sementara itu Bagus Susanto selaku Nissan Representative Director mengatakan bahwa Nissan terus berkomitmen dalam membangun bisnis di Indonesia. “Dalam satu tahun ini Nissan sudah memperkenalkan tiga model, yakni Nissan Kicks e-Power, Nissan Leaf dan Nissan Magnite.”
“Masing-masing disesuaikan dengan latar belakang dan kebutuhan konsumen. Untuk mobilitas di kota-kota besar, teknologi elektrifikasi Full EV bisa dipenuhi dengan Nissan Leaf. Sedangkan konsumen yang menginginkan kendaraan dengan sensasi mobil listrik yang mempunyai torsi spontan di awal, tidak khawatir mencari tempat charging baterai namun tetap ramah lingkungan, bisa memilih Nissan Kicks e-Power,” urai Bagus.
Sependapat dengan Bagus, Evensius Go selaku Presiden Direktur NMDI memberikan sinyal bahwa nantinya Nissan akan lebih banyak membawa produk-produk berteknologi e-Power dan BEV.
“Era elektrifikasi membawa prospek yang sangat besar. Namun tentunya membutuhkan jangka waktu yang panjang mengingat kesiapan infrastruktur belum memadai. Kami melihat teknologi Nissan e-Power merupakan solusi terbaik sebagai langkah awal transisi menuju net-zero carbon yang dicanangkan pemerintah pada 2050.”
Seperti diketahui, Nissan Global mempunyai produk jajaran Serena e-Power, XTrail e-Power dan Note e-Power.
“Yang pasti Nissan Indonesia dan Nissan Motor Limited mendukung elektrifikasi di Indonesia, masih akan banyak teknologi elektrifikasi Nissan yang akan dibawa ke Indonesia,” tuturnya.
Mengakhiri obrolan, Tan Kim Piauw berpesan agar pelanggan Nissan tidak perlu khawatir soal perawatan Nissan Kicks e-Power.
“Kesiapan Nissan Indonesia terkait aftersales sudah sangat baik. Bukan hanya di perawatan tapi juga termasuk sparepart-nya. Mekanik Nissan sudah diberi pelatihan tersertifikasi. Apalagi, e-Power ini komponen utamanya hanya ada di baterai untuk menggerakkan mesin listrik. Masih lebih rumit mobil berpenggerak combustion engine. Teknologi e-Power lebih sederhana,” jelas Tan.
“Ongkos maintenance per 10.000 km antara Rp1-2 juta, namun penghematan bahan bakar yang didapatkan sangat besar daripada mesin konvesional. Bisa hampir dua kali lipat,” tutup Tan.(*)