Selasa, 25 Februari 2025
OTOJATIM — Sebuah tantangan ekstrem siap dihadapi JAECOO. Mobil hybrid terbarunya, J7 SHS (Super Hybrid System), akan menempuh perjalanan 1.300 kilometer dari Jakarta ke Bali mulai 24-27 Februari 2025. Hanya dengan satu kali pengisian bahan bakar dan daya, kendaraan ini diuji untuk membuktikan keunggulan teknologi hybrid dalam kondisi riil: jalanan berliku, cuaca tak menentu, dan ragam medan yang memacu adrenalin.
JAECOO J7 SHS adalah kendaraan plug-in hybrid yang menggabungkan mesin bensin dan motor listrik. Dengan baterai berkapasitas tinggi, mobil ini mampu menempuh jarak hingga 100 km dalam mode listrik murni. Teknologi Super Hybrid System-nya memungkinkan pengisian daya regeneratif selama berkendara, mengoptimalkan efisiensi energi.
Bukan sekadar ekspedisi biasa, Hybrid Marathon Jakarta-Bali ini adalah bagian dari kampanye global JAECOO untuk menegaskan kepemimpinan mereka di pasar kendaraan listrik hybrid (PHEV). Di balik desainnya yang elegan dan berani, J7 SHS menyimpan rekayasa mesin canggih yang menjanjikan efisiensi maksimal. “Kami ingin menunjukkan bahwa hybrid bukan hanya tentang penghematan, tapi juga ketangguhan,” tegas Max Zhou, Country Director JAECOO Indonesia.
Setiap peserta wajib memprediksi tiga parameter sebelum keberangkatan: jarak tempuh listrik murni, total jarak, dan konsumsi bahan bakar. Namun, tantangan sesungguhnya ada di luar angka: bagaimana J7 SHS beradaptasi dengan panas terik Pantura, kemacetan Surabaya, atau kelembaban tinggi di Gilimanuk. “Ini bukan laboratorium. Kami ingin buktikan bahwa teknologi kami siap menghadapi kompleksitas dunia nyata,” tambah Zhou.
Di balik kemudi, para peserta akan merasakan teknologi Charge-Sustaining Mode yang menjaga keseimbangan antara daya baterai dan bahan bakar. Sistem suspensi CDC (Continuous Damping Control) juga diandalkan untuk meredam getaran di jalan tidak rata. “Kombinasi efisiensi dan kenyamanan adalah kunci mobilitas modern,” ujar Zhou.
Kesuksesan di dua benua ini memperkuat ambisi JAECOO sebagai pelopor PHEV global. “Teknologi kami dirancang untuk beradaptasi, baik di jalan aspal Jakarta maupun jalur safari Afrika,” papar Zhou.
Hasil resmi uji ketahanan akan diumumkan di Nusa Dua, Bali, pada 27 Februari. Tapi satu hal sudah pasti: JAECOO J7 SHS tak hanya mengubah cara kita berkendara, tetapi juga cara kita memandang batas-batas teknologi. Seperti kata Zhou, “Ini bukan tentang sampai di Bali, tapi tentang membawa mobilitas hybrid ke level baru.”
 |
| JAECOO J7 SHS akan melintasi jalan selama Jakarta-Bali Hybrid Marathon 2025 |
JAECOO J7 SHS adalah kendaraan plug-in hybrid yang menggabungkan mesin bensin dan motor listrik. Dengan baterai berkapasitas tinggi, mobil ini mampu menempuh jarak hingga 100 km dalam mode listrik murni. Teknologi Super Hybrid System-nya memungkinkan pengisian daya regeneratif selama berkendara, mengoptimalkan efisiensi energi.
Bukan sekadar ekspedisi biasa, Hybrid Marathon Jakarta-Bali ini adalah bagian dari kampanye global JAECOO untuk menegaskan kepemimpinan mereka di pasar kendaraan listrik hybrid (PHEV). Di balik desainnya yang elegan dan berani, J7 SHS menyimpan rekayasa mesin canggih yang menjanjikan efisiensi maksimal. “Kami ingin menunjukkan bahwa hybrid bukan hanya tentang penghematan, tapi juga ketangguhan,” tegas Max Zhou, Country Director JAECOO Indonesia.
Lebih dari Sekadar Angka: Uji Nyata oleh Media dan KOL
Sebanyak 10 peserta terpilih—gabungan jurnalis otomotif dan Key Opinion Leaders (KOL)—akan menyetir langsung J7 SHS sepanjang rute Jakarta-Nusa Dua. Mereka tak hanya mengukur angka di dashboard, tetapi merasakan setiap detil: kenyamanan kabin, respons mesin di tanjakan terjal, hingga stabilitas baterai saat melintasi jalan berlubang.Setiap peserta wajib memprediksi tiga parameter sebelum keberangkatan: jarak tempuh listrik murni, total jarak, dan konsumsi bahan bakar. Namun, tantangan sesungguhnya ada di luar angka: bagaimana J7 SHS beradaptasi dengan panas terik Pantura, kemacetan Surabaya, atau kelembaban tinggi di Gilimanuk. “Ini bukan laboratorium. Kami ingin buktikan bahwa teknologi kami siap menghadapi kompleksitas dunia nyata,” tambah Zhou.
Rute Penuh Tekanan: Dari Pesisir Hingga Pegunungan
Perjalanan empat hari ini dirancang untuk menguji batas. Dimulai dari Jakarta, rombongan akan melintasi Cirebon yang terkenal dengan jalan panjang lurus, lalu menuju Surabaya dengan lalu lintas padat. Di hari ketiga, medan berubah drastis: jalur pegunungan Solo-Salatiga akan menguji performa mesin dan pengereman regeneratif. Tantangan puncak ada di Tabanan, Bali—wilayah berbukit yang memaksa kendaraan bermain dengan gravitasi.Di balik kemudi, para peserta akan merasakan teknologi Charge-Sustaining Mode yang menjaga keseimbangan antara daya baterai dan bahan bakar. Sistem suspensi CDC (Continuous Damping Control) juga diandalkan untuk meredam getaran di jalan tidak rata. “Kombinasi efisiensi dan kenyamanan adalah kunci mobilitas modern,” ujar Zhou.
Misi Global: Dari Afrika Selatan ke Indonesia
Jakarta-Bali bukan satu-satunya ajang pembuktian JAECOO. Sepekan sebelumnya, J7 SHS menyelesaikan South Africa Safari Drive (21-26 Februari 2025)—uji ketahanan di jalur Garden Route, Afrika Selatan. Dengan 41 peserta dari enam negara, kendaraan ini menghadapi medan berbatu, jalan berdebu, dan kontur ekstrem. Hasilnya? JAECOO mencatatkan rekor efisiensi bahan bakar hingga 25% lebih baik dibandingkan pesaing.Kesuksesan di dua benua ini memperkuat ambisi JAECOO sebagai pelopor PHEV global. “Teknologi kami dirancang untuk beradaptasi, baik di jalan aspal Jakarta maupun jalur safari Afrika,” papar Zhou.
Masa Depan Hybrid: Antara Inovasi dan Komitmen Lingkungan
Bagi JAECOO, Hybrid Marathon bukan sekadar promosi. Ini adalah deklarasi komitmen terhadap mobilitas berkelanjutan. Dengan konsumsi bahan bakar minim dan emisi rendah, J7 SHS menjawab keresahan akan polusi udara dan ketergantungan pada BBM. “Kami percaya, hybrid adalah jembatan menuju era elektrifikasi penuh,” tegas Zhou.Hasil resmi uji ketahanan akan diumumkan di Nusa Dua, Bali, pada 27 Februari. Tapi satu hal sudah pasti: JAECOO J7 SHS tak hanya mengubah cara kita berkendara, tetapi juga cara kita memandang batas-batas teknologi. Seperti kata Zhou, “Ini bukan tentang sampai di Bali, tapi tentang membawa mobilitas hybrid ke level baru.”
